Cari Sriwijaya Air, TNI AU Temukan Serpihan
JAKARTA – Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara ( TNI AU ) telah menyelesaikan proses pemantauan dan pencarian korban dan puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di sekitaran Perairan Kepulauan Seribu. Titik utama pencarian berlokasi di 0555 23 Lintang Selatan dan 1626 05 Bujur Timur.
“Kita langsung menuju ke area yang sudah kita tentukan. Titik laporan utama adalah di 0555 23 LS, dan 1626 05 BT. Itu adalah titik utama yang kita dapat laporan,” tutur Asisten Operasi (Asops) KSAU Marsekal Muda TNI Henri Alfiandi di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (10/1/2021).
Pencarian dimulai dari titik tertinggi dengan ketinggian 300 meter di atas permukaan laut. “Tidak ada yang diketemukan hal yang mencurigakan ataupun benda-benda besar yang bisa kita ambil ataupun yang kita laporkan,” ungkapnya.
Lanjut ke titik selanjutnya, sambung Henri, mulai terpantau banyak sampah tercecer di lautan. Menurutnya, sampah-sampah tersebut dicurigai sebagai puing-puing daripada pesawat.
“Semakin mendekat dari titik pencarian pertama, ke titik kedua mulai kita melihat banyak serpihan, kita tidak yakin apakah itu serpihan sampah laut, yang jelas itu sampah. Sampah ini terdiri dari berbagai macam, tapi kecurigaan kita itu adalah hal-hal yang sudah mengapung dari bagian pesawat,” katanya.
Di titik pencarian ketiga, bahkan ditemukan adanya perubahan warna air yang cenderung berwarna gelap. Pihak TNI AU pun memperkirakan itu adalah tumpahan bahan bakar pesawat. “Kita bisa melihat adanya anomali perubahan warna permukaan air laut. Saya berasumsi, bahwa itu adalah tumpahan minyak, sangat jelas sekali. Itu luas sekali jangkauannya karena kurang lebih sudah 18 jam, tumpahan minyak atau bahan bakar pesawat itu,” ucapnya.
Dia pun telah melaporkan penemuan tersebut kepada stakeholder terkait yang berada di sekitar lokasi. Dia berharap, dengan adanya laporan ini, korban maupun puing-puing pesawat dapat segera ditemukan.
“Dari hasil yang kita temukan kita laporkan ke posko. Lokasinya di kapal, KRI Parang, dan kita sudah bisa kontak mereka. Saya optimis ini dengan cepat stakeholder ataupun satuan lain bisa menemukan khususnya di laut karena memiliki alat sonar,” ujarnya.