Mau ke Mana PSG?
PARIS – Sebagai klub kaya raya, wajar jika Paris Saint Germain (PSG) begitu berambisi meraih kesuksesan, terutama di level Eropa. Sampai sekarang, ambisi menaklukkan Eropa sebagai misi yang belum terwujud.
Sejak diambil alih Qatar Sports Investments (QSI) pada 2011, PSG memang menjelma menjadi klub terkaya di Prancis dan salah satu yang terkaya di Dunia. Di bawah kepemimpinan, Presiden Nasser Al-khelaifi, PSG melakukan segala upaya membentuk tim yang kompetitif.
Mereka telah menghabiskan lebih dari 1 miliar euro untuk mendatangkan pemain-pemain kaliber kelas dunia, seperti Thiago Silva, Zlatan Ibrahimovic, Edinson Cavani, David Luiz, Neymar Jr, Kylian Mbappe, Angel Di Maria, hingga Mauro Icardi.
Selain itu, PSG telah mempekerjakan pelatih-pelatih top macam Carlo Ancelotti (2011–2013), Laurent Blanc (2013–2016), Unai Emery (2016–2018), Thomas Tuchel (2018–2020). Namun, prestasi Les Parisiens masih sebatas pentas domestik.
Ancelotti misalnya. Dia hanya mempersembahkan gelar Ligue 1 (2012/13) pada periode kepemimpinannya. Begitu juga dengan para suksesornya. Blanc (Ligue 1, Coupe de France, Coupe de la Ligue, dan Trophée des Champions), Emery (Ligue 1, Coupe de France, Coupe de la Ligue, dan Trophée des Champions). Sementara Tuchel memberikan Ligue 1, Coupe de France, Coupe de la Ligue, serta Trophée des Champions.
Tidak ada trofi Liga Champions. Sejak 2012, PSG telah mencapai babak 16 besar setiap musim dan telah melaju ke perempat final dalam lima kesempatan. Prestasi terbaik PSG adalah maju ke final Liga Champions untuk pertama kalinya bersama Tuchel, musim lalu, di mana mereka kalah dari Bayern Muenchen 0-1.
Tingginya ekspektasi di PSG tidak segan memecat para pelatihnya, termasuk Tuchel yang boleh dibilang memiliki prestasi terbaik di Eropa ketimbang pelatih-pelatih sebelumnya pada era kepemilikan QSI. Tanpa mengecilkan kompetisi domestik, Target PSG sangat jelas yakni membawa trofi Liga Champions ke Parc des Princes.
Tantangan besar itu kini berada di pundak Mauricio Pochettino. Pelatih asal Argentina tersebut resmi ditunjuk sebagai pengganti Tuchel dengan kontrak berdurasi dua tahun, Sabtu (2/1). Bila dilihat dari segi prestasi gelar, CV Pochettino sejatinya tidak sementereng Ancelotti, Blanc, Emery, ataupun Tuchel. Pencapaian terbaiknya adalah membawa Tottenham Hotspur menjadi runner-up Liga Primer (2016/17) dan menembus final Liga Champions (2018/19).Sisi positifnya, Pochettino mampu membangun Tottenham menjadi salah satu tim kuat di Liga Primer dalam beberapa tahun terakhir, di tengah keterbatasan finansial. Pelatih 48 tahun tersebut juga piawai mengorbitkan pemain-pemain muda potensial menjadi bintang, seperti Harry Kane, Dele Alli, hingga Eric Dier.
Hal itu membuat Pochettino sangat tertantang menorehkan tinta emas di PSG . Dia mengatakan, tekanan justru membuatnya termotivasi membawa tim menjadi kompetitif di Eropa. “Ada tekanan untuk menang dan menang dengan gaya. Namun, saya suka tekanan, saya seorang pesaing, dan saya ingin menang,” ungkap Pochettino dilansir en.psg.fr.
Kondisi Tottenham jelas berbeda dengan PSG. Bersama raksasa asal Paris, Pochettino bakal disokong dana melimpah untuk membentuk skuad yang diinginkannya. Dikabarkan Les Parisiens membidik beberapa nama dalam belanja transfer Januari ini. Tiga mantan anak buah Pochettino di Tottenham, Alli, Christian Eriksen, dan Hugo Lloris, masuk dalam daftar. Lalu ada juga gelandang Boubakary Soumare (Lille), bek sayap Max Aarons (Norwich City), Paulo Dybala (Juventus), hingga superstar Lionel Messi (Barcelona).
Dengan beberapa nama tambahan di bursa transfer, PSG tentu akan semakin kuat dan kompetitif. Terlepas dari rencana belanja klub, Pochettino sangat antusias dengan skuadnya saat ini. Menurut dia, PSG sudah mempunyai fondasi mumpuni yang berkualitas.
Pelatih kelahiran Murphy, Argentina, tersebut mengakui tidak sabar bekerja dengan para pemain yang dinilainya memiliki potensi besar. Dia mengatakan, tugasnya sebagai pelatih adalah membuat semua potensi itu keluar dengan cara yang eksplosif.
Janji-janji Pochettino harus diimplementasikan dengan kinerja bagus PSG di lapangan. Bulan ini, Dia wajib membentuk tim yang solid untuk merebut kembali takhta klasemen sementara Ligue 1 sebelum berjibaku di Liga Champions di mana Marquinhos dkk telah dinanti Barca di babak 16 besar. Di leg pertama, Les Parisiens bertandang ke Camp Nou, Rabu (17/2) dan bertindak sebagai tuan rumah di leg kedua, 11 Maret mendatang.
“Beberapa minggu ke depan akan sangat sibuk, dengan banyak pertandingan untuk dimainkan. Misi kami adalah membuat para pemain siap. Kami akan bekerja agar para pemain berada di puncak mereka untuk setiap pertandingan, itulah misi nomor satu kami,” tegas Pochettino.
Keyakinan terhadap Pochettino begitu dirasakan Al-Khelaifi. Menurut dia, kemampuan Pochettino di dunia kepelatihan sangat mumpuni. Selain itu, Al-Khelaifi menilai sisi emosional di mana sang pelatih pernah menjadi bek tengah dan kapten klub merupakan sebuah keuntungan sehingga Pochettino bisa menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati.
“Saya bangga melihat mantan kapten kami kembali ke PSG karena klub selalu menjadi rumahnya. Pochettino sangat cocok dengan ambisi kami dan itu akan menjadi babak menarik lainnya bagi klub dan saya yakin fans akan menikmati,” terang Al-Khelaifi.