Peningkatan Pengikut Kelompok Anti-Vaksin Persulit Upaya AS Berangus Covid-19
WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) berencana melakukan vaksinasi Covid-19 pada Desember mendatang. Namun, ada semakin banyak orang Amerika yang mengkhawatirkan kemungkinan efek samping dan itu mengkhawatirkan para ahli medis yang mengatakan vaksin adalah faktor yang pada akhirnya akan mengakhiri pandemi.
Pemerintahan Donald Trump mengatakan awal bulan ini bahwa vaksin akan segera tersedia. Pernyataan ini datang setelah raksasa farmasi Moderna dan Pfizer mengumumkan bahwa mereka telah mengembangkan vaksin yang memiliki tingkat efektifitas lebih dari 90 persen dan sedang menunggu persetujuan pemerintah untuk bisa digunakan.
“Pada akhir Desember, kami berharap memiliki sekitar 40 juta dosis dari dua vaksin ini tersedia untuk didistribusikan menunggu otorisasi FDA, cukup untuk memvaksinasi sekitar 20 juta orang Amerika yang paling rentan,” ucap Menteri Kesehatan dan Kemanusiaan AS, Alex Azar.
Namun, di saat yang bersamaan, menurut jajak pendapat Gallup, 42 persen orang Amerika mengatakan mereka tidak akan melakukan vaksinasi. Kebanyakan dari mereka beralasan masih meragukan keamanan vaksin tersebut.
Laporan terbaru dari Center for Countering Digital Hate menemukan fakta bahwa akun media sosial yang dipegang oleh kelompok anti-vaksin telah melihat pengikut mereka tumbuh sekitar 7,8 juta sejak tahun lalu. Laporan tersebut mencatat bahwa 31 juta orang mengikuti kelompok anti-vaksin di Facebook, dengan 17 juta orang berlangganan akun serupa di YouTube.
Tahun lalu, sejumlah perusahaan media sosial berjanji akan menindak gerakan anti-vaksin. Facebook mengatakan tidak akan mempromosikan konten yang mengandung informasi yang salah. YouTube menghilangkan iklan dari video anti-vaksin dan Twitter berjanji bahwa otoritas kesehatan akan muncul sebagai hasil pencarian pertama dalam topik terkait vaksin di AS dan Inggris.Penentangan terhadap vaksin bukanlah konsep baru. Menurut Healthline, situs web kesehatan AS, penurunan keyakinan pada vaksin di AS dimulai pada 1800-an, ketika vaksin cacar tersedia untuk banyak orang.
“Ada kritik terhadap vaksin tersebut berdasarkan keberatan sanitasi, agama, dan politik. Penentangan seperti itu mengarah pada undang-undang yang mewajibkan vaksin tertentu,” kata Heatline.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan, vaksin terus dipantau untuk keamanan, dan seperti obat apa pun, vaksin dapat menyebabkan efek samping, meskipun cenderung kecil dan hilang setelah beberapa hari.
“Keputusan untuk tidak mengimunisasi seorang anak juga melibatkan risiko dan dapat membuat anak tersebut dan orang lain yang melakukan kontak dengannya berisiko tertular penyakit yang berpotensi mematikan,” kata CDC.
Francis Collins, yang memimpin National Institutes of Health, mengatakan pada bulan Mei bahwa keamanan dalam vaksin adalah prioritas utama. “Saya tidak ingin orang berpikir bahwa kami mengambil jalan pintas karena itu akan menjadi kesalahan besar. Saya pikir ini adalah upaya untuk mencoba mencapai efisiensi, tetapi tidak mengorbankan ketelitian,” kata Collins.