Biden Manfaatkan Aliansi untuk Hadapi China
WASHINGTON – Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden berjanji akan bekerja sama lebih erat dengan aliansinya untuk menghadapi China dalam isu perdagangan dan geopolitik. Biden sepertinya tidak akan menghadapi China dengan penerapan tarif dagang pada baja, dan alumunium.
“Saya mengatakan bahwa jika kamu melihat lebih dekat, kamu mungkin tidak mampu menceritakan perbedaan antara agenda dagang Biden dan Trump,” kata Nasim Fussell, mantan politikus Republik di Komite Keuangan Senat AS, dilansir Reuters. “Biden tidak akan mencabut kenaikan tarif dagang itu,” ujarnya.
Biden yang mendapatkan dukungan luas dari serikat pekerja akan tetap mempertahankan perlindungian bagi industri yang rentan seperti baja dan alumunium. Fokus ekonomi Biden adalah menghidupkan ekonomi yang dihantam pandemi virus korona. Dia juga akan memberikan stimulus dan pembangunan infrastruktur.
Para penasehat Biden mengatakan Biden akan mengakhiri perang dagang buatan dengan Eropa. Dia juga akan berkonsultasi dengan aliansinya mengenai tarif dagang AS kepada produk China. Itu sebagai upaya untuk menurunkan ketegangan dengan Beijing.
Sama seperti Trump atau pun pemerintahan Barack Obama, Biden juga akan menuntut konsensi dari China. China diminta menghentikan subsidi kepada perusahaan milik negara, mengakhiri kebijakan perusahaan AS untuk transfer teknologi bagi mitranya di China, dan membuka pasar layanan digital bagi perusahaan AS. “Siapapun presidennya akan memiliki agenda tersebut, meskipun akan sulit diwujudkan,” kata Jamieson Greer, mantan kepala staf kantor perwakilan dagang AS di China.
Namun demikian, Wendy Cutler, wakil presiden Asia Society Policy Institute, pemerintahan Biden relatif mudah diprediksi dalam perdagangan. “Para penasehat politik Biden akan mengimplementasikan apa yang mereka pelajari dari tweet Trump sebelumnya,” ujarnya. Biden juga tidak akan menghidupkan kembali Kemitraan Trans-Pasifik yang dulu dinegosiasikan pemerintahan Obama dan diabaikan Trump pada 2017.
Hal yang harus menjadi perhatian utama Biden adalah kebijakan masa depan China yang ingin menjadi penguasa dunia. Untuk itu, Biden juga harus tetap menjamin investasi domestik agar teknologi dan daya saing AS tidak kalah dengan China yang terus mengembangkan komputasi kuantum, kecerdasan buatan dan 5G.
Michele Flournoy, kandidat kuat menteri pertahanan pada pemerintahan Biden, memperingatkan gangguan ekonomi disebabkan pandemi bisa berdampak pada penurunan anggaran pertahanan AS. Padahal, AS harus mampu mengatasi ancaman asing.
“Jika militer AS mampu menenggelamkan semua kapal militer China, kapal selama dan kapal dagang di Laut China Selatan dalam 72 jam, maka pemimpin China akan berpikir dua kali sebelum meluncurkan blokade atau invasi ke Taiwan,” katanya dilansir Foreign Affairs.
Kemudian, Kurt Campbell, mantan diplomat AS pada pemerintahan Obama, mengatakan Washington menghadapi kompetisi strategi dengan China. Itu juga sangat vital bagi AS untuk menggunakan pendekatan yang lebih solid. “Kita harus mendekati negara lain yang saat ini tidak kita miliki,” kata Campbell. “Apalagi bipatisan antar China dan Asia sangat penting. Tanpa keduanya, kita akan gagal,” jelasnya.