Debat Penuh Makian dan Interupsi di Pilpres Amerika Serikat
NEW YORK – Debat antara calon presiden (capres) Donald Trump dari Partai Republik dan Joe Biden dari Partai Demokrat berlangsung sengit dan penuh dengan makian serta interupsi. Mereka berdebat tentang penanganan pandemi virus corona, perawatan kesehatan, serta ekonomi dengan atmosfer penuh kemarahan dan temperamen.
Trump berusaha menguasai debat yang berlangsung selama 90 menit dan berusaha memojokkan Biden dengan menuding mereka akan mencuri pemilu presiden November mendatang. Dalam laporan CBS, dia menginterupsi Biden saat berbicara sebanyak 73 kali. Trump juga menolak untuk mengecam kelompok supremasi kulit putih ketika diminta.
Siapa pemenang dalam debat capres AS pertama tersebut? Debat tersebut dimenangkan oleh Biden karena dia mampu mengatasi tekanan. Dia juga tidak terlihat kalah dalam perdebatan. Dia juga mampu menunjukkan bahwa dia mampu mengambil poin yang jelas, berbicara dengan metaforis, dan tetap keren. Biden memenuhi semua standar tersebut.
Jajak pendapat yang dilaksanakan SSRS untuk CNN menunjukkan enam dari 10 penonton debat menyatakan Biden melaksanakan tugas dengan baik. Hanya 28% penonton yang menjagokan Trump. Dua per tiga orang juga menganggap jawaban Biden saat debat lebih mengandung kebenaran dibandingkan Trump. Kalau survei sebelum debat dilaksanakan, 56% mendukung Biden akan berdebat lebih baik, sedangkan 43% lebih mendukung Trump.
Moderator Chris Wallace tidak pernah berupaya mengontrol debat ketika Trump berulang kali meminta agar Biden diizinkan berbicara. Kedua capres itu saling berbicara sendiri-sendiri sehingga membuat penonton sulit mengetahui poin yang hendak mereka sampaikan. Pada satu titik ketika berulang kali diinterupsi, Biden mengatakan, “Maukah kamu diam? Ini sangat tidak rahasia.”
Wallance pun berusaha menghentikan Trump yang mengabaikan batasan waktu dan merebut jatah berbicara Biden. “Saya pikir negara ini akan lebih baik ketika kita mengizinkan orang berbicara dengan interupsi yang lebih sedikit. Saya meminta Anda bisa melakukan itu,” pinta Wallace. Ketika Trump mengatakan kepada Wallace agar Biden juga diberi tahu, Wallace pun mengatakan, “Baik, sejujurnya, kamu lebih banyak menginterupsi.”
Debat yang dilaksanakan pada Selasa (29/9) malam waktu setempat, 1,4 juta rakyat AS telah memberikan suaranya. Debat itu hanya berusaha memengaruhi pemilih yang belum memberikan suara. Namun, mayoritas pemilih AS sudah memiliki calon.
Bagi Trump, 74, debat itu hanya merepresentasikan satu dari beberapa kesempatan untuk bisa meningkatkan jajak pendapat. Dalam mayoritas jajak pendapat, Trump tertinggal dibandingkan Biden. Mayoritas rakyat AS kecewa dengan penanganan pandemi dan ketidakadilan rasisme.
Biden, 77, tetap percaya diri dalam debat. Tak bisa diukur juga apakah debat itu akan menaikkan suara Biden atau tidak. Apalagi, Biden tetap juara di negara bagian yang menjadi pertarungan.
Hal menarik ketika Trump diminta untuk mengutuk kelompok supremasi kulit putih, awalnya dia menyatakan keinginan untuk semua pihak mendorong perdamaian. Namun, Trump justru menyatakan, kekerasan justru berasal dari kelompok sayap kiri. “Ini bukan permasalahan sayap kanan. Ini adalah masalah sayap kiri,” katanya.
Trump juga berulang kali komplain tentang pemungutan suara dengan surat yang bisa memicu kecurangan pada pemilu. Dia juga menolak untuk menerima hasil pemilu dan tidak berkomitmen terhadap transfer kekuasaan jika dia kalah. “Jika saya melihat puluhan ribu surat suara dimanipulasi, saya tidak akan mengikutinya,” kata Trump.