Balas Dendam untuk Soleimani, Iran Disebut Ingin Habisi Dubes AS untuk Afsel
WASHINGTON – Sebuah laporan intelijen Amerika Serikat (AS) menyebut Iran merencanakan pembunuhan terhadap Duta Besar (dubes) Amerika untuk Afrika Selatan (Afsel) sebagai pembalasan atas kematian Mayor Jenderal Qassem Soleimani.
Soleimani adalah kepala Pasukan Quds, pasukan elite Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), yang dibunuh Amerika dengan serangan drone bersenjata rudal di dekat bandara Baghdad, Irak, Januari lalu. Pembunuhan jenderal yang sangat disegani di Iran itu hampir memicu perang besar antara Teheran dan Washington.
Laporan intelijen itu diungkap oleh Politicohari Minggu (13/9/2020), mengutip para pejabat Amerika yang melihat laporan tersebut.
Jika Iran benar-benar berusaha untuk melakukan pembunuhan tersebut, itu akan sangat meningkatkan ketegangan antara Washington dan Teheran, yang secara bersamaan akan memberikan dorongan kepada pemerintahan Trump untuk membalas.
Pejabat AS telah mengetahui ancaman terhadap Duta Besar untuk Afrika Selatan, Lana Marks, sejak musim semi. Namun, data intelijen menunjukkan ancaman tersebut menjadi lebih spesifik dalam beberapa pekan terakhir.
Marks hanyalah salah satu dari beberapa pejabat AS yang menurut badan intelijen Amerika sedang dipertimbangkan Teheran untuk jadi target balas dendam atas pembunuhan Soleimani.
Soleimani telah dianggap Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo sebagai orang yang sama berbahayanya dengan pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.
Pada bulan Oktober, Baghdadi bunuh diri dalam serangan AS di sebuah kompleks di barat laut Suriah, tujuh bulan setelah apa yang disebut sebagai “kekhalifahan” ISIS runtuh ketika kelompok teroris itu kehilangan petak wilayah terakhirnya di Suriah pada bulan Maret.Pada April 2019, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan bahwa Iran bertanggung jawab atas pembunuhan 608 tentara AS selama Perang Irak. Soleimani adalah kepala pasukan Iran yang melakukan operasi yang membunuh pasukan Amerika. Menurut Departemen Luar Negeri, 17 persen dari semua kematian personel AS di Irak dari 2003 hingga 2011 diatur oleh Soleimani.
Serangan pesawat tak berawak itu juga menewaskan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan milisi Syiah Irak yang didukung Iran, yang dikenal sebagai Pasukan Mobilisasi Populer.
Marks, 66, seorang perancang busana dan tas mewah yang berbasis di Palm Beach, Florida, adalah teman lama presiden AS dan merupakan anggota klub Mar-a-Lago eksklusif Trump di Florida sebelum dia ditunjuk sebagai duta besar pada 2018.
Marks lahir dan besar di Afrika Selatan dan merupakan CEO dari firma desain Lana Marks Collections, yang melayani para selebriti. Terlahir sebagai Lana Banks, dia dibesarkan di kota Port Elizabeth, di mana keluarganya adalah anggota terkemuka dari komunitas Yahudi di kota itu.
Trump memerintahkan serangan pesawat tak berawak di Baghdad, Irak, pada 3 Januari yang menewaskan Soleimani. Pada saat itu, Trump mengatakan Soleimani sedang merencanakan serangan terhadap pasukan AS di wilayah tersebut tetapi pejabat Gedung Putih sejak itu memberikan pembenaran yang berbeda untuk pembunuhan tersebut, termasuk pencegahan.
Menanggapi serangan pesawat tak berawak itu, Iran menembakkan peluru kendali balistik ke pangkalan Irak yang menampung pasukan AS. Tidak ada korban yang dilaporkan pada saat itu, tetapi sejak itu terungkap bahwa puluhan tentara mengalami cedera otak akibat ledakan tersebut.
Laporan lain mengatakan bahwa Iran masih berusaha membalas dendam lebih lanjut dan sedang mempertimbangkan beberapa target, termasuk pembunuhan Marks.
Politico melaporkan Marks telah diberitahu tentang ancaman terhadapnya, yang dilaporkan melibatkan Kedutaan Besar Iran di Afrika Selatan.