AS Akan Gunakan Segala Cara Cegah China-Rusia Jual Senjata ke Iran
WASHINGTON – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan Washington akan menggunakan setiap alat yang tersedia untuk mencegah China dan Rusia dari “melanggar” sanksi yang dikenakan atas pejualan senjata ke Iran.
“Dunia akan menjadi tempat yang lebih aman. Iran tidak akan memiliki kesempatan untuk memiliki pertahanan udara Rusia, beberapa tank China – semua hal yang menimbulkan risiko dan ketidakstabilan di Timur Tengah. Negara-negara Teluk sangat bersemangat karenanya. Israel sangat gembira tentang itu,” kata Pompeo seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (22/8/2020).
Pompeo lebih lanjut menyatakan kekecewaannya atas tindakan sekutunya di Dewan Keamanan (DK) PBB, yang tidak mendukung niat AS untuk memulai mekanisme “snapback” sanksi terhadap Iran. Diplomat top AS itu sebelumnya mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap negara mana pun yang menentang rencana AS tersebut.
Mekanisme “snapback” adalah bagian dari perjanjian nuklir Iran, yang juga dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yang ditandatangani pada 2015 oleh sekelompok negara Eropa, AS, Rusia, dan China. Mekanisme ini seharusnya dilakukan jika Teheran berhenti memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian tersebut.
AS telah memintaDK PBB untuk memulihkan semua sanksi yang dicabut melalui mekanisme “snapback”, mengutip keputusan Iran untuk melampaui batasan pengayaan nuklir yang ditetapkan oleh JCPOA.
Inisiatif ini ditentang oleh mayoritas Dewan Keamanan PBB. Iran, Rusia, dan China berpendapat bahwa Washington kehilangan haknya untuk memicu sanksi “snapback” ketika menarik diri dari JCPOA pada Mei 2018 dan menjatuhkan sanksi sepihak terhadap Teheran, yang sebenarnya mendorong negara itu memutuskan untuk membatalkan kewajibannya. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh tiga negara Eropa yang juga sekutu AS yaitu Inggris, Prancis dan Jerman.
Sementara langkah tersebut mengecewakan para penandatangan yang tersisa, otoritas Iran menjelaskan bahwa mereka tidak merasa harus mengikuti pembatasan karena AS telah kehilangan satu-satunya keuntungan yang dimilikinya dari penandatanganan kesepakatan nuklir.