Banjir dan Tanah Longsor di Korsel Tewaskan 14 Orang
SEOUL – Sebanyak 14 orang tewas dan lebih dari 1.000 orang mengungsi dari rumahnya saat hujan deras selama 42 hari berturut-turut memicu banjir dan tanah longsor di Korea Selatan (Korsel).
Ini menjadi musim hujan terlama di Korsel dalam tujuh tahun terakhir. Hujan lebat yang juga terjadi di China, Thailand, Myanmar dan India dalam beberapa hari terakhir telah menenggelamkan lahan pertanian dan membanjiri jalan raya dan jembatan di Seoul.
Tiga korban meninggal termasuk tiga warga Selandia Baru dari keluarga yang sama yang ditemukan meninggal pada Senin (3/8) setelah tanah longsor menerjang vila tempat mereka berlibur di Gapyeong, timur laut Seoul.
“Para korban meninggal diyakini wanita berumur 65 tahun, putrinya umur 36 tahun dan cucunya berumur tiga tahun,” papar pejabat kepolisian Gapyeong.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Selandia Baru menyatakan telah mengetahui musibah itu dan menyediakan bantuan konsuler.
Presiden Korsel Moon Jae-in mengaku khawatir dengan dampak hujan selama 42 hari berturut-turut. Para pejabat menyatakan hujan lebat itu merupakan yang terlama sejak 2013.
Pada saat bersamaan, tim pekerja darurat telah kewalahan menghadapi pandemi virus corona. Moon menyerukan semua upaya untuk mencegah lebih banyak korban meninggal dunia.
Moon menyerukan warga agar waspada dengan tanah longsor dan lebih baik mengungsi untuk mengantisipasi terjadinya tanah longsor. “Sebagian besar jalanan dan jembatan yang banjir di sepanjang Sungai Han di Seoul telah kembali beroperasi pada Selasa (4/8),” ungkap laporan kantor berita Yonhap.
Media Korea Utara (Korut) juga memperingatkan terjadinya banjir. “Semua sektor ekonomi nasional mengambil langkah-langkah untuk mencegah kerusakan akibat hujan lebat,” ungkap kantor berita Korut, KCNA.