Hukuman Mati Bomber Boston Marathon Dibatalkan, Trump: Itu Konyol!
WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengecam pembatalan hukuman mati terhadap pelaku pemboman (bomber) Boston Marathon; Dzhokhar Tsarnaev. Pengadilan banding AS kemarin membatalkan hukuman mati pria yang bertanggung jawab atas serangan bom tahun 2013, yang menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 260 orang lainnya.
“Konyol, memikirkan mengenai hal itu, benar-benar konyol. Dia adalah binatang yang membunuh begitu banyak orang,” kata Trump dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Sabtu (8/1/2020).
Dzhokhar Tsarnaev dan kakak laki-lakinya; Tamerlan Tsarnaev memasang sepasang bom rakitan di dekat garis finish lomba maraton yang terkenal di dunia itu. Bom tersebut mengacaukan kerumunan yang penuh sesak dan menyebabkan banyak orang kehilangan kaki.
Pengadilan Banding Sirkuit ke-1 AS di Boston menguatkan banyak keyakinan tentang keterlibatan Tsarnaev, tetapi memerintahkan hakim pengadilan yang lebih rendah untuk mengadakan persidangan baru secara ketat atas hukuman apa yang harus diterima Tsarnaev untuk kejahatan yang memenuhi syarat hukuman mati yang dijatuhkan kepadanya.
Seorang juru bicara untuk Jaksa AS, Andrew Lelling mengatakan kantornya sedang meninjau putusan pengadilan banding dan akan memiliki lebih banyak hal untuk dikatakan dalam beberapa hari dan minggu mendatang.
Hakim Pengadilan Banding Sirkuit ke-1 AS, O Rogeriee Thompson, mengatakan hakim pemimpin persidangan federal 2015 gagal dalam melakukan proses pemilihan para hakim dan memastikannya bisa menolak sebagian hakim yang terpapar pada publisitas pra-persidangan seputar kasus yang terkenal itu.Thompson mengatakan liputan berita yang meluas tentang pemboman dan akibatnya menampilkan foto-foto dan video-video Tsarnaev yang mengerikan—kini berusia 27 tahun—dan saudara laki-lakinya membawa ransel di arena maraton serta orang-orang yang terluka dan terbunuh di dekat garis finish.
Thompson menekankan batas putusan pengadilan. “Jangan salah; Dzhokhar akan menghabiskan hari-harinya yang tersisa dikurung di penjara, dengan satu-satunya yang tersisa adalah apakah dia akan mati dengan eksekusi (atau tidak),” katanya.