Menlu Rusia Bantah Laporan Moskow Beri Taliban Hadiah Bunuh Tentara AS
MOSKOW – Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia, Sergei Lavrov, membantah informasi intelijen Amerika Serikat (AS) yang menuduh Moskow menawarkan hadiah kepada Taliban untuk membunuh tentara Amerika. Ia menyebut laporan tersebut sebagai produk dari tahun politik di AS dan sebuah kebohongan.
“Ada sebuah hype di Amerika Serikat terkait spekulasi tentang dugaan hubungan antara Rusia dengan Taliban dan dugaan kami mendorong mereka untuk berperang melawan prajurit AS atau bahkan hadiah untuk kepala mereka,” kata Lavrov dalam konferensi video tentang masalah kebijakan luar negeri.
“Saya hanya bisa mengatakan bahwa semuanya bergantung pada spekulasi yang tidak bermoral, dan tidak ada fakta konkret yang disampaikan,” tegasnya seperti dikutip dari AP, Sabtu (11/7/2020).
Dia menuduh bahwa klaim intelijen itu dilayangkan untuk melukai pemerintahan Trump sebelum pemilu presiden AS pada November mendatang.
“Seluruh cerita sepertinya telah ditulis dan dirancang khusus untuk tujuan perjuangan politik domestik menjelang pemilihan,” ujarnya.
“Sekali lagi, mereka mencoba untuk menyerang pemerintahan yang berkuasa dan mendiskreditkan semua yang dilakukannya, terutama di jalur Rusia,” imbuhnya.
Lavrov mencatat bahwa Rusia menyambut baik kesepakatan damai antara AS dan Taliban pada Februari lalu yang bertujuan mengakhiri perang yang berlarut-larut di Afghanistan.
“Kami telah memberikan bantuan melalui saluran kami untuk membantu perjanjian ini berfungsi,” ucap diplomat top Rusia itu.
Sebelumnya para pemimpin tinggi Pentagon mengatakan kepada Kongres AS bahwa laporan-laporan tentang Rusia menawarkan hadiah kepada gerilyawan Taliban untuk membunuh orang-orang Amerika tidak dikuatkan oleh badan-badan intelijen pertahanan, tetapi mengatakan mereka sedang mencari ke dalamnya dan AS akan menanggapi jika perlu. Menteri Pertahanan Mark Esper mengatakan bahwa ancaman itu ditanggapi dengan serius, tetapi belum ditemukan laporan yang kredibel.
Laporan intelijen yang menyatakan Rusia menawarkan hadiah kepada Taliban pertama kali dilaporkan oleh The New York Times, kemudian dikonfirmasi The Associated Press oleh pejabat intelijen Amerika dan pejabat lain yang mengetahui permasalahan tersebut.
Para pejabat intelijen AS mengatakan informasi tentang dugaan hadiah Rusia pada para kepala pasukan di Afghanistan dimasukkan dalam laporan intelijen untuk Presiden Donald Trump pada akhir Februari. Gedung Putih telah membantah Trump menerima informasi pada waktu itu, dengan alasan bahwa intelijen itu tidak cukup kredibel untuk menarik perhatian presiden.