Dua Kaki Tangan Eks Bos Nissan Carlos Ghosn Ditangkap di AS
BOSTON – Seorang ayah dan anak lelakinya yang diduga membantu mantan bos Nissan Carlos Ghosn melarikan diri dari Jepang Desember lalu ditangkap di Amerika Serikat (AS). Dokumen dan pejabat pengadilan Amerika mengonfirmasi penangkapan kedua kaki tangan Ghosn.
Michael Taylor, 59, seorang mantan anggota pasukan khusus AS beralih menjadi kontraktor keamanan, dan putranya Peter Taylor, 27, disebutkan dalam surat perintah penangkapan Jepang yang meminta ekstradisi mereka.
Dokumen pengadilan menyatakan mereka telah diperintahkan untuk tampil melalui konferensi video pada pukul 19.30 GMT hari Rabu di hadapan hakim federal AS di Massachusetts.
Keduanya menimbulkan risiko penerbangan dan harus tetap dalam penahanan karena Amerika Serikat menunggu permintaan ekstradisi resmi dari Jepang. Demikian disampaikan jaksa penuntut dalam pengajuan penahanan ke Pengadilan Distrik AS di Massachusetts.
“Peter Taylor adalah risiko penerbangan yang sangat tinggi dan fakta itu saja membutuhkan penahanannya,” tulis pihak kejaksaan setempat. Seorang pejabat Departemen Kehakiman Amerika mengatakan kepada AFP yang dilansir Kamis (21/5/2020) bahwa Taylor dan putranya ditangkap Rabu pagi di Harvard, Massachusetts.
Putra Taylor bersiap untuk melakukan perjalanan ke Lebanon, tempat di mana Ghosn melarikan diri setelah menyelinap keluar dari Jepang. Ghosn sendiri memiliki kewarganegaraan Brasil, Lebanon dan Prancis.
Amerika Serikat dan Jepang memiliki perjanjian ekstradisi, tetapi Lebanon dan Jepang tidak.
Keluarga Taylor dan seorang pria Lebanon bernama George-Antoine Zayek dituduh oleh Jepang membantu Ghosn melarikan diri dari negara kepulauan itu pada tanggal 29 Desember. Ghosn keluar dengan jaminan pembebasan untuk persidangan atas tuduhan kejahatan keuangan ketika dia melarikan diri dengan berani karena berhasil menembus berbagai pemeriksaan ketat.
“Antara Juli dan Desember 2019, Peter Taylor melakukan beberapa perjalanan ke Jepang dan bertemu dengan Ghosn setidaknya tujuh kali,” kata jaksa penuntut dalam pengajuan penahanan.
Menurut dokumen pengadilan, Taylors dan Zayek membantu bekas bos perusahaan mobil itu bersembunyi di dalam kotak hitam besar yang digunakan untuk mengangkut peralatan audio untuk musik, yang kemudian dimasukkan ke jet pribadi.
Pada saat itu, bagasi yang diletakkan di pesawat mengindikasikan itu tidak perlu diperiksa.
Menurut dokumen pengajuan penahanan ke pengadilan, Michael Taylor dan Zayek menyamar sebagai musisi. Mereka bepergian dengan Ghosn dengan kereta api berkecepatan tinggi dari Tokyo ke Osaka, di mana mereka memasuki kamar 4609 sebuah hotel dekat Bandara Internasional Kansai.
Trik-trik yang digunakan Ghosn dalam pelariannya mirip trik sulap Houdini. “Tidak ada gambar Ghosn meninggalkan kamar 4609,” kata pihak pengadilan, mengutip bukti rekaman kamera keamanan.
“Sebaliknya, Ghosn bersembunyi di salah satu dari dua kotak hitam besar yang dibawa oleh Michael Taylor dan Zayek.”
Masih menurut dokumen pengadilan, kedua pria itu naik jet pribadi berangkat ke Turki pada malam itu. “Dua hari kemudian, pada 31 Desember 2019, Ghosn membuat pengumuman kepada publik bahwa dia berada di Lebanon,” imbuh jaksa penuntut.
Pemerintah Jepang mengatakan awal tahun ini bahwa tidak ada catatan Ghosn meninggalkan negara itu.
“Plot untuk mengusir Ghosn dari Jepang adalah salah satu tindakan pelarian yang paling berani dan diatur dengan baik dalam sejarah baru-baru ini, yang melibatkan serangkaian pertemuan hotel yang memusingkan, perjalanan kereta peluru, persona palsu dan penyewaan jet pribadi,” papar jaksa penuntut.
Pada Februari, Nissan mengajukan gugatan perdata untuk mengklaim kembali sekitar 10 miliar yen (USD90 juta) dari Ghosn untuk apa yang disebutnya “tahun kesalahannya dan aktivitas penipuannya”.