Selama Pandemi, Hetifah Sjaifudian Jadi Melek Teknologi dan Makin Kreatif
Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian kini bekerja dari rumah meskipun beberapa anggota DPR lain masih rapat di Senayan. Meski di rumah, hari-harinya padat dengan pertemuan secara online, mulai dari rapat komisi, organisasi, hingga berdiskusi dengan para guru dari seluruh Indonesia.
Aplikasi streaming video Zoom merupakan hal baru bagi Hetifah. Sejak memutuskan akan full bekerja dari rumah, terlebih dahulu dia mencari tahu. “Kebetulan ada kampus yang terbiasa melakukan pembelajaran jarak jauh, ternyata mereka menggunakan Zoom. Saya akhirnya belajar dari mereka,” ujarnya.
Dia merasa tidak terlalu gaptek (gagap teknologi) karena terbiasa menggunakan media sosial. Hetifah kerap berbagi aktivitasnya di akun Instagram, bahkan melempar polling untuk membahas sebuah isu di media sosial yang sama. Zoom menjadi hal baru bagi Hetifah dan dia sadar itu akan menjadi teman aktivitasnya sehari-hari di rumah.
Zoom meeting pertama kali dilakukan di DPR, yakni saat rapat paripurna. Menurut dia, sebelumnya juga sudah rapat secara online dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk memutuskan ujian nasional (UN) ditunda. Semua masih melalui grup di aplikasi pesan WhatsApp.
“Rapat Bamus saat menentukan kita sidang paripurna atau tidak juga masih melalui grup WhatsApp, kemudian diputuskan kita paripurna virtual dengan menggunakan Zoom,” kenang Wakil Ketua Umum DPP Golkar ini.
Meskipun sudah banyak belajar dari para dosen yang terbiasa menggunakan Zoom, Hetifah juga terbantu dengan sang putri yang masih kuliah. Mereka pun melakukan pembelajaran online dan mengerjakan tugas melalui Zoom.
“Suami dan anak-anak di rumah semua, tapi pukul 07.00 pagi sudah siap depan laptop untuk beraktivitas masing-masing. Mereka siap membantu saya jika saya mulai kebingungan. Tapi sejauh ini Zoom memang yang paling mudah,” ujar Hetifah.
Sejak awal diberlakukan belajar dan bekerja dari rumah, anggota Komisi X yang membawahi urusan pendidikan ini giat memberi pelatihan kepada guru penggerak dari seluruh Indonesia. Guru penggerak inilah yang akan menjadi mentor untuk mengajarkan guru lain. Mulai dari teknologi hingga materi menarik yang dapat digunakan selama mengajar online ini.
Pengamat teknologi informasi Heru Sutadi mengatakan, masyarakat mau tidak mau kini harus akrab dengan berbagai aplikasi teknologi. Selain mengerti cara penggunaan, hal penting lain juga harus sadar untuk tetap menjaga data diri.
“Privasi sudah mulai diperhatikan, kita jangan sembarang share room. Share room dilakukan dalam waktu beberapa jam sebelumnya dan dikunci dengan password,” sebutnya.
Dia menambahkan, bahkan beberapa lembaga negara juga menggunakan bermacam-macam platform secara bergantian agar tidak dipantau terus-menerus dan menghindari bocornya rahasia negara. Kewaspadaan tetap perlu dilakukan, seperti tidak sembarang masuk ke room tidak jelas dan berbagi password jika ada permintaan meski seolah dari platform-nya sekalipun.
Ketika banyak orang yang mulai menggunakan aplikasi video streaming, banyak penggunaan iOS datanya bisa diambil pihak lain. Belum lagi zoombombing atau orang asing yang masuk dalam pertemuan online di aplikasi Zoom.
Akhirnya, kini banyak pihak mereka yang belajar atau kerja di rumah mengerti cara mencegah para penyusup. “Ada kemajuan, mereka tahu harus menggunakan password, kemudian menggunakan antrean untuk masuk,” sebutnya.
Saat di rumah saja ini masyarakat yang juga pengguna media sosial menjadi lebih kreatif. pengamat media sosial Enda Nasution mengatakan, memang pengguna media sosial jumlahnya tidak mengalami kenaikan, seperti halnya pengguna aplikasi video streaming.
Namun, ada banyak variasi konten di media sosial. Misalnya melakukan tantangan hal positif seperti berolahraga, memasak, dan lain-lainnya. Hal tersebut membuat, pengguna media sosial lebih produktif selama di rumah.
“Dadakan jualan juga banyak, promosi sesuatu yang sebenarnya tidak sengaja untuk dijual. Hal tersebut menjadi bagian dari mengisi waktu luang dengan membuat bermacam konten,” ujarnya.
Bukan hanya itu, galang bantuan pun kini lebih ramai dengan bermacam cara. Membuat video atau give away yang untuk mengumpulkan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis maupun donasi berbentuk uang.
Para penyedia aplikasi juga terus berinovasi untuk memenuhi keinginan penggunanya. Seperti panggilan video dari aplikasi WhatsApp yang dahulu hanya dapat dilakukan dua orang, kini bisa empat. Bahkan, nantinya berkembang informasi, WhatsApp akan dapat melakukan video call hingga 50 orang.