Mutasi TNI, Putra Try Sutrisno Jabat Kasdam III Siliwangi
Putra Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno, Brigjen TNI Kunto Arief Wibowo, mendapat tugas baru. Alumnus Akademi Militer 1992 ini dipercaya Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto untuk menjabat Kepala Staf Kodam III/Siliwangi.
Penunjukan Arief tertuang dalam Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/385/IV/2020 tanggal 9 April 2020 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia. Secara keseluruhan terdapat 329 Pati yang dimutasi berdasarkan SK ini.
Mereka terdiri atas 282 Pati TNI AD, 14 Pati TNI AL, dan 33 TNI AU. Panglima TNI menekankan, mutasi jabatan merupakan hal biasa di organisasi TNI.
“Mutasi jabatan di lingkungan TNI untuk memenuhi kebutuhan organisasi dan pembinaan karier, serta mengoptimalkan pelaksanaan tugas-tugas TNI yang semakin kompleks dan dinamis,” kata Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Sus Taibur Rahman melalui keterangan tertulis, Sabtu (11/4/2020).
Kunto sebelumnya menjabat sebagai Komandan Korem 032/Wirabraja yang bermarkas di Padang, Sumatera Barat. Dengan mutasi ini, prajurit kelahiran Surabaya itu akan menggantikan Brigjen TNI Dwi Jati Utomo yang dipindahkan sebagai Danpussenarmed Kodiklatad.
Kunto memulai karier militer di kecabangan infanteri. Dalam perjalanannya, dia pernah memegang sejumlah jabatan, antara lain Danyonif 412/Bharata Eka, Kepala Seksi Operasi Korem 083/Baladhika Jaya, Danyonif 500/Raider (2010) dan Kepala Staf Brigif 13/Galuh (2010—2012).
Adik kandung Kapolda Jambi Irjen Pol Firman Santyabudi ini selanjutnya mengemban jabatan Danbrigif 6/Trisakti Baladaya (2012—2013), Asops Kasdam IX/Udayana, dan Danrem 044/Garuda Dempo (2018).
Kunto lantas dipercaya sebagai Danpuslatpur Kodiklatad (2018—2019) dan berlanjut ke Danrem 032/Wirabraja (2019—2020). Selama bertugas sebagai Danrem 032/Wirabraja, Kunto turut aktif membantu penanganan kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera.
Dia menugaskan personelnya untuk terjun ke titik karhuta di Pekanbaru, Riau. Dia juga tak segan menyosialisasikan kepada masyarakat untuk tidak membakar hutan dengan dalih demi membuka lahan pertanian.
“Karhutla sering terjadi karena kebiasaan masyarakat membuka lahan dengan cara membakar. Ini harus dihentikan,” katanya kepada wartawan di Pekanbaru, Riau, beberapa waktu lalu.