Kantor dan Pusat Perbelanjaan Kembali Dibuka di China
NAGALIGA — Sejumlah perkantoran dan pusat perbelanjaan di Beijing dan sebagian besar wilayah lain di China kembali beroperasi pada Senin (10/2) usai libur Tahun Baru Imlek yang diperpanjang karena wabah virus corona.
Layanan Kesehatan Masyarakat memantau dengan hati-hati potensi penyebaran virus yang semakin meluas seiring dengan sejumlah layanan yang kembali beroperasi normal.
Dilaporkan Associated Press, jalan-jalan di Kota Beijing masih tampak lengang dan ribuan unit sepeda sewaan juga nampak teronggok di beberapa lokasi. Bahkan tujuan wisata seperti Forbidden City, sekolah-sekolah juga masih tutup.
Pekerja justru memilih untuk bekerja dari rumah lantaran khawatir terhadap penyebaran virus yang dikenal dengan sebutan novel coronavirus atau 2019-NcoV tersebut.
Sementara toko-toko dan restoran yang buka hanya didatangi segelintir pembeli.
Pemerintah Kota Beijing sebelumnya mengingatkan warga untuk menutup pagar rumah, memeriksa kondisi kesehatan dan mencatat identitas tamu yang berkunjung.
Warga juga diminta untuk mematuhi imbauan mengenakan masker ketika berada di luar ruangan dan menghindari melakukan kegiatan secara berkelompok.
Salah satu penjual di pasar Sanyuanli, Beijing mengatakan pembeli yang datang turun drastis dibandingkan hari biasa.
“Pengunjung menurun signifikan, mungkin lebih dari setengah. Tetapi bisa dilihat ada banyak orang yang memesan, jadi secara perlahan kami mulai kembali sibuk dengan aktivitas sehari-hari,” ujar Liu Ying, penjual kacang-kacangan di pasar Sanyuanli.
Jumlah kasus meninggal dunia hingga Senin (10/2) akibat virus corona bertambah 97 jiwa sehingga total korban menjadi 908 orang.
Kasus kematian terbanyak dalam 24 jam terakhir terjadi di Provinsi Hubei, China mencapai 91 orang.
Dikutip AFP, Kementerian Kesehatan China juga mengumumkan bahwa ditemukan 3000 kasus baru sehingga jumlah penderita melonjak jadi 40.171 di seluruh China, dari semula 37.198 kasus pada Minggu kemarin.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, Sabtu (8/2), bahwa jumlah kasus yang dilaporkan setiap hari di China “stabil”, namun tetap memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan virus ini telah mencapai puncaknya.