Angkatan Laut Amerika Serikat Beli Kapal Selam Termahal
WASHINGTON – Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) akan memiliki sembilan kapal selam baru setelah mendapatkan kontrak senilai USD22,2 miliar. Kapal selam kelas Virginia bertenaga nuklir itu memiliki teknologi tercanggih. Itu bertujuan membendung pengaruh China di Asia Pasifik.
Pengumuman pembelian kapal selam tersebut setelah pernyataan Kepala Angkatan Laut (AL) AS di Pasifik, Laksamana Philip Davidson, yang memperingatkan upaya China membangun kekuatan AL. Dia juga mengeluhkan upaya kapal selam AS dalam membendung kekuatan China.
“Kesepakatan itu merespons pertumbuhan kekuatan militer China yang semakin agresif di Pasifik Barat,”kata mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Bersama Komando Pasifik AS, Carl Schuster, dilansir CNN. “AL China semakin baik dan besar sehingga AL AS pun harus meresponsnya. Itu tidak akan membuat China sebagai musuh, tetapi langkah China harus selalu dipantau,” paparnya.
Kapal selam kelas Virginia merupakan armada bawah laut yang menjadi kekuatan utama AL AS. Kapal selam itu memiliki kemampuan tempur dengan kapal selam lain, kapal di permukaan, dan target di darat. Kapal tersebut juga mampu melaksanakan operasi intelijen.
18 kapal selam kelas Virginia telah bergabung dengan armada AL AS, 10 lainnya masih dalam proses produksi. Sembilan kapal selam baru akan merepresentasikan peningkatan kekuatan dibandingkan kapal selam yang diproduksi sebelumnya. AL AS juga mempertimbangkan opsi untuk memesan kapal selam lagi hingga nilai kontrak diprediksi mencapai USD24 miliar.
“Kapal selam kelas Virginia merupakan kapal selam generasi baru yang memiliki kemampuan lebih canggih dibandingkan kelas lain dan model sebelumnya,” kata Laksamana Muda David Goggins, kepala program eksekutif untuk kapal selam. “Kapal selam baru lebih besar dengan berat 10.200 ton dibandingkan sebelumnya hanya 7.800 ton. Kapal itu lebih panjang 460 kaki, dibandingkan sebelumnya, 377 kaki. Kapal itu mampu meluncurkan 40 misil Tomahawk dibandingkan kapal sebelumnya hanya 12 misil,” paparnya.
Menariknya, kapal selam kelas Virginia baru itu mampu memisahkan antara air dan oksigen sehingga bisa bertahan lebih lama dan berbulan-bulan di dalam air laut. “Kekuatan kapal selama kita sangat fundamental dan mendukung kekuatan yang lebih terintegrasi,” kata pejabat AL Thomas B Modly. Dia mengumumkan, penambahan kapal selama baru sebagai komitmen untuk memperkuat masa depan AS di bawah laut dan di seluruh dunia.
Senator AS Jack Reed menyambut baik kontrak baru tersebut. “Kapal selam generasi berikutnya memberikan keuntungan keamanan nasional. Kapal tersebut sebagai kekuatan untuk pertahanan,” ujar Reed. Kapal selam tersebut akan diproduksi oleh General Dynamics Electric Boat, berbasis di Groton, Connecticut, dengan subkontraktor Huntington Ingallls Industries.
“Kontrak tersebut juga akan menjamin 4.000 pekerja di galangan kapal di Pulau Rhode akan tetap bekerja selama beberapa tahun mendatang,” papar Reed. Kapal selam baru itu dijadwalkan akan dikirim dan mulai beroperasi sekitar 2025 hingga 2029.
Para pakar mengungkapkan, AS menghadapi tekanan kuat di Pasifik, terutama karena AL China yang memiliki lompatan besar dalam jumlah dan kualitas kapal selam. Laporan Kekuatan Militer China pada 2019 dari Departemen Pertahanan AS menunjukkan AL China memiliki 65–70 kapal selam pada 2020.
Kekuatan Beijing diperkirakan terus tumbuh. Dalam lima tahun mendatang. China akan memiliki kapal selam bertenaga nuklir, seperti kapal selam kelas Virginia. Laporan analis di Australia, Pusat Kajian AS di Universitas Sydney, mempertanyakan kemampuan AS dalam menghadapi kemajuan China. Mereka juga memperingatkan Washington menghadapi krisis strategis.
“Lingkungan di permukaan menjadi mematikan karena penempatan misil, teknologi hipersonik, dan pertahanan antiudara. Nah, AS harus memiliki keuntungan di pertahanan bawah air untuk menyeimbangkan kekuatan regional,” demikian analisis Pusat Kajian AS di Universitas Sydney.
Laksamana Philip Davidson mengungkapkan, aktivitas kapal selam milik China, Rusia, dan Korea Utara, di Pasifik telah meningkat tiga kali lipat sejak 2008. “AS harus meningkatkan superioritas kapal selam AS di kawasan dengan menambah jumlah kapal selam,” katanya. Dia mengungkapkan, secara kuantitatif kapal selam AS kalah jumlah hingga 2025.