Jelang Munas Golkar, Calon Kandidat Diingatkan Soal Etika Politik
JAKARTA – Partai Golkar akan menggelar Musyawarah Nasional (munas) pada 3-5 Desember 2019. Dalam perhelatan tersebut akan dipilih ketua umum Partai Golkar mendatang.
Meskipun politik sulit diterka atau ditebak, namun etika politik tetap harus dijaga. “Etika politik jangan dikesampingkan,” kata Direktur Eksekutif Political and Public Studies, Jerry Massie, Kamis 27 November 2019.
Dia menyayangkan langkah yang diambil Bambang Soesatyo (Bamsoet) maju kerena desakan segelintir kader Golkar. Padahal, katanya, Bamsoet sudah diberikan jalan mulus sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
“Tapi ini kan hanya pendukungnya yang terus mendorong dirinya untuk maju,” katanya.
Menurut kacamatanya, Bamsoet bakal sulit menandingi Airlangga. Dengan empat jatah menteri ditambah satu Wakil Menteri, menurut dia, itu adalah bukti kepercayaan Jokowi pada Airlangga.
Terlebih, katanya, kunci utama Presiden Jokowi masih mendukung Airlangga terlihat saat mantan Wali kota Solo ini menyampaikan pidatonya pada HUT Golkar. Kata Jerry, Jokowi sempat melempar pujian kepada Airlangga dengan menyebutnya sebagai ‘ketum top’.
“Airlangga tipikal Jokowi, yakni orangnya ‘cool’ atau adem. Pak Jokowi tidak terlalu suka dengan orang yang kepedean besar atau over confidence,” kata ini.
Sementara itu, pengamat komunikasi politik dari Universitas Bunda Mulia Silvanus Alvin menuturkan Bamsoet sudah diberi jalan mulus untuk mendapatkan kursi sebagai Ketua MPR berkat campur tangan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar.
Menurut dia, bisa saja Airlangga menang secara aklamasi jika memang menunjukkan adanya perjanjian aantara Bamsoet dan Airlangga. “Kalau sepeti itu kondisinya maka Airlangga bisa jadi calon tunggal. Dan membuka peluang Airlangga menang aklamasi,” katanya.