Polemik Celana Cingkrang, Buya: Mari Pakai Pakaian Nasional
“Sesungguhnya dari sudut hak asasi biasa saja ya. Tapi kan itu (pemakaian celana cingkrang dan cadar) sebuah simbol dari sebuah paham yang kalau nggak hati-hati bisa berbahaya,” kata Buya saat ditemui di Jalan Ringroad Barat, Dusun Turusan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Minggu (10/11/2019) malam.
Berbahaya, kata Buya karena terkadang ada ideologi tertentu yang membuat pegawai mengenakan celana cingkrang dan cadar saat bekerja di kantor Pemerintahan. Terlebih, berkaca dari kejadian yang menimpa mantan Menkopolhukam, Wiranto.
“Karena ada ideologi di belakang itu, ideologi itu bisa macam-macam, tapi ndak semua juga (yang mengenakan celana cingkrang menganut ideologi lain), sebagian damai juga. Tapi sebagian lagi seperti yang menikam pak Wiranto itu kan sudah teror, jadi memang kita harus hati-hati,” katanya.
Berkaca dari hal tersebut, Buya mengajak para pegawai yang masih mengenakan celana cingkrang dan cadar di lingkup kantor Pemerintahan untuk mengenakan pakaian yang sudah tertuang pada peraturan setiap instansi.
“Kalau saya, mari pakai pakaian yang nasional saja, tidak macam-macam itu (celana cingkrang dan cadar). Karena kita kan sudah punya kultur sendiri, tradisi sendiri, ndak usah tiru-tiru orang lain lah,” kata Buya.