Krisis Memburuk, Perbankan Lebanon Masih Tutup pada Hari Kelima
BEIRUT – Perbankan Lebanon tetap tutup pada hari kelima di tengah ketidakpastian tentang bagaimana Perdana Menteri (PM) Saad al-Hariri mengucurkan miliaran dolar dari sektor keuangan untuk membantu meredam krisis ekonomi yang memicu unjuk rasa nasional.
Dengan tekanan untuk meyakinkan para donor asing bahwa dia dapat memangkas defisit anggaran tahun depan, Hariri menyatakan bank sentral dan perbankan komersial akan berkontribusi USD3,4 miliar untuk membantu mengatasi defisit, termasuk dengan menaikkan pajak laba bank.
Lima bankir yang diwawancarai Reuters menjelaskan rincian langkah itu belum dijelaskan oleh pemerintah pada mereka. Mereka pun menunggu kembalinya Gubernur Bank Sentral Riad Salameh dari Washington saat dia menghadiri pertemuan IMF dan Bank Dunia.
Para pejabat pemerintah Lebanon belum dapat dimintai komentar tentang masalah itu. Di tengah ketidakpastian itu, perbankan tetap tutup pada Rabu (23/10).
“Menunggu situasi umum stabil di negara,” papar pernyataan Asosiasi Perbankan Lebanon (ABL).
Empat bankir menjelaskan, perbankan tetap menutup kantor cabang karena ada kekhawatiran dari para nasabah tentang situasi saat ini. Publik juga tidak yakin apakah reformasi akan memulihkan kepercayaan.