Yuk Bersatu Majukan Indonesia
JAKARTA – Joko Widodo (Jokowi) dan KH Ma’ruf Amin, Minggu (20/10/2019), dijadwalkan dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (RI).
Pasca pelantikan, Indonesia ke depan harus lebih kuat. Sudah saatnya seluruh komponen bangsa bahu-membahu memajukan bangsa dan negara. Segenap masyarakat harus kembali bekerja. Bergandengan tangan membangun Indonesia agar maju dan sejahtera.
“Tidak ada pilihan lain, kecuali semua tumpah darah Indonesia bersama-sama memajukan Indonesia,” tegas Direktur eksekutif Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, Jumat (18/10/2019) malam.
Karyono mengatakan, kebersamaan itu adalah budaya Indonesia yang tercermin dalam gotong-royong. Indonesia ke depan harus dibangun secara bersama-sama dan tidak boleh sendiri-sendiri.
Melalui persatuan, sambung Karyono, Indonesia akan kuat dan disegani di Asean dan dunia. “Mari kita lupakan perbedaan politik selama Pilpres. Polarisasi politik yang pernah menguat tidak boleh ada lagi. Masyarakat sempat terbelah menjadi dua kelompok yang saling berhadapan, harus kembali satu untuk memajukan Indonesia,” tandasnya.
Jika tetap terbelah, tegas Karyono, akan menguntungkan asing. Sebab pihak asing ingin sekali Indonesia tidak damai.
“Kita harus belajar dari negara-nagara yang kini pecah berkeping-keping. Jangan sampai peristiwa di semananjung Balkan terjadi di negara kita,” ujarnya.
Yang paling anyar, lanjut Karyono, peristiwa di Irak dan Suriah. Dua negara itu kini hancur berkeping-keping.
Sekretaris Marhaenis Pro Jokowi (MasJOKO), Julia Bea Kurniawaty, sependapat dengan Karyono. Dia mengingatkan semua anak bangsa saatnya kembali bekerja, bergandengan tangan menyatukan langkah, menyatukan pikiran, dan menyatukan tenaga untuk membangun Indonesia yang maju, membangun Indonesia yang sejahtera.
“Yuk kita semua kembali bekerja. Ibu Pertiwi membutuhkan semua anak bangsa bisa bekerja di bidang masing-masing. Jangan sampai pembangunan segala bidang terkendala gara-gara kurangnya persatuan. Sejak berdirinya bangsa ini, dibangun secara bersama-sama,” ucapnya.
Sementara itu, dosen komunikasi politik dari Universitas Bunda Mulia (UBM) Jakarta, Silvanus Alvin mengemukakan, situasi politik sekarang menjadi momentum rekonsiliasi.
Tanpa ada stabilitas politik, laju negara ini tidak akan jalan dengan baik. Masyarakat berharap pembangunan bisa berjalan lancar. “SBY dan Mega kembali mesra maka akan memberi dampak ke grassroot untuk menjaga hubungan baik ,” kata Alvin kepada wartawan.
Alvin mengingatkan stabilitas politik tidak didasari atas transaksi politik belaka. Kondisi itu bisa menjadi bom waktu di masa mendatang.
“Negara terlihat stabil politiknya tapi ada kemungkinan bisa meletup tiba-tiba akibat ada yang merasa tidak dapat bagian. Hal berbeda bila para tokoh negara dan politisi mendasari hubungan baik ini dengan kesamaam ideologi serta visi misi, dan bukan atas dasar politik transaksional,” pungkasnya.