AS Dukung Israel, Warga Amerika-Arab Ogah Pilih Biden di Pilpres 2024
Warga Amerika-Arab kemungkinan tak akan memilih Joe Biden sebagai calon presiden yang dalam kontestasi politik tahun depan di Amerika Serikat.
Di Pemilu November 2020 lalu, warga Amerika-Arab memilih Biden. Namun, mereka kecewa dan merasa terkhianati usai melihat sikap Presiden AS itu terkait perang Israel dan Palestina kali ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu warga Palestina-Amerika yang juga pengacara, Huwaida Arraf, mengkritik AS yang menyokong penuh Israel. Dia menilai langkah itu sama saja mendukung genosida di Palestina.
“Saya tak berpikir ada lagi yang terburuk dibanding itu [bantuan AS ke Israel],” kata Arraf dikutip The Guardian.
Dia kemudian berujar, “Saya mendapat beberapa komentar, ‘Ya, Republik akan jadi lebih buruk’ tapi pertanyaan saya adalah Bagaimana hal ini bisa menjadi lebih buruk daripada dukungan aktif terhadap genosida?”
Biden merupakan bakal calon presiden AS yang diusung Partai Demokrat, laan dari Republik.
Pemerintah Biden mengusulkan bantuan sebesar US$14 miliar atau sekitar Rp222 triliun untuk Israel, menyediakan senjata seperti rudal hingga kendaraan lapis baja.
AS juga menolak seruan gencatan senjata; dan mengerahkan pasukan Negeri Paman Sam ke dekat Israel, dekat Mediterania.
Dalam kesempatan itu, Arraf mengatakan penggunaan dana pajak warga Arab-Amerika menimbulkan “kengerian dan kemarahan yang meluas.”
Pemerintah AS sebetulnya sempat menyatakan agar Israel menahan diri atau menunda invasi darat ke Gaza. Namun, langkah ini tak dianggap cukup bagi warga Arab-Amerika salah satunya Terry Ahwal.
“Bahkan anggota konservatif kami memilih Biden, hanya untuk mendapatkan orang yang tak memanusiakan kami, yang mengirimkan senjata ke Israel, dan satu-satunya tujuan senjata ini adalah untuk menggunakan orang Palestina sebagai sasaran latihan,” kata Ahwal.
Ahwal juga mengatakan tak mengetahui siapa saja dari komunitas dia yang akan memilih Biden di kontestasi politik tahun depan.
“Saya tak tahu siapa saja yang akan memilih dia,” ujar dia.
Kemarahan serupa juga menjalar ke warga Arab-Amerika di New York. Zohran Mamdani mengatakan respons AS terkait perang Israel dan milisi Palestina menjijikan.
Mamdani bahkan mewanti-wanti meremehkan suara dari komunitas Arab Amerika.
“Saya punya banyak konstituen, serta warga Muslim dari luar distrik saya, yang menghubungi dan bertanya ke saya: ‘Bagaimana saya bisa memilih Joe Biden?’ Dan saya tak tahu apa yang harus saya lakukan untuk memberitahu mereka,” ujar dia.
Pengamat menilai rasa frustrasi warga Arab-Amerika yang membesar berdampak terhadap perolehan suara Biden di Pilpres tahun depan.
Di Michigan daerah diperebutkan dengan sengit, warga Amerika keturunan Arab memperoleh 5 persen suara. Di negara bagian lain yang menjadi medan pertempuran, Pennsylvania dan Ohio, angka itu antara 1,7 persen hingga 2 persen, demikian menurut Arab American Institute.
Biden memenangkan Michigan dengan 50,6 persen suara pada 2020, sedangkan lawannya Donald Trump memperoleh 47,8 persen.
Sementara itu, di Pennsylvania Biden meraih 50,01 persen dan Trump 48,84 persen, demikian dikutip Reuters.
Sejumlah aktivis menilai warga Amerika keturunan Arab dan Muslim kemungkinan besar tak akan mendukung Trump di Pilpres tahun depan. Namun, bisa saja mereka tak ikut serta dalam pemilu dan tidak memilih Biden.