Fri. Nov 22nd, 2024

Berita olahraga dan game online Trans7sport

Link altenatif Nagaliga : nagasuara.com ,trans7sport.com , Prediksinagaliga.com , nagaliga.xyz , nagaliga.me , nagaliga.info , nagaligasbo.com , nagaliga.best , nagaliga.club , nagaliga9.com , nagaligaqq.com , togelnagaliga.com

Ukraina Jadi Importir Senjata Terbesar Ketiga di Dunia

Ukraina Jadi Importir Senjata Terbesar Ketiga di Dunia

TEMPO.CO, Jakarta – Negara-negara di Eropa telah meningkatkan impor senjata utama secara tajam setelah terjadinya perang Rusia Ukraina. Menurut sebuah lembaga think thank terkemuka, Ukraina menjadi negara importir senjata terbesar ketiga di dunia akibat invasi Moskow tahun lalu itu.

Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), dalam sebuah laporan baru pada hari Senin, mengatakan negara-negara Eropa meningkatkan impor senjata utama sebesar 47 persen selama lima tahun antara 2018 hingga 2022. Negara-negara NATO di Eropa meningkatkan impor persenjataan utama mereka sebesar 65 persen pada periode yang sama. Sebaliknya, tingkat transfer senjata global menurun sebesar 5,1 persen.

“Bahkan ketika transfer senjata telah menurun secara global, transfer ke Eropa meningkat tajam karena ketegangan antara Rusia dan sebagian besar negara Eropa lainnya,” kata Pieter D Wezeman, peneliti senior Program Transfer Senjata SIPRI. “Menyusul invasi Rusia ke Ukraina, negara-negara Eropa ingin mengimpor lebih banyak senjata, lebih cepat.”

Amerika Serikat, Prancis, dan Korea Selatan adalah pemasok terbesar ke negara-negara NATO di Eropa selama lima tahun terakhir. Sementara AS, Polandia, Jerman, dan Inggris Raya memasok senjata paling banyak ke Ukraina tahun lalu.

Namun banyak senjata yang dipasok ke Ukraina adalah barang bekas dari stok yang ada. Senjata itu termasuk sekitar 228 artileri dan sekitar 5.000 roket artileri berpemandu dari AS, 280 tank dari Polandia dan lebih dari 7.000 rudal anti-tank dari Inggris, kata SIPRI. Perang di Ukraina juga berdampak terbatas pada total volume senjata dalam periode lima tahun terakhir.

Sementara itu, meskipun tingkat ekspor senjata AS ke Ukraina mengalami peningkatan tajam, jumlahnya masih di bawah angka yang dikirim Washington ke empat negara lain tahun lalu yaitu Kuwait, Arab Saudi, Qatar dan Jepang. Menurut SIPRI, ini karena pasokan AS ke Ukraina melibatkan peralatan militer yang relatif kurang canggih dan sebagian besar bekas, sementara empat negara lainnya menerima senjata baru yang canggih, seperti pesawat tempur dan sistem pertahanan udara.

AS tetap menjadi pengekspor senjata paling besar di dunia. Pangsa ekspor senjata global naik menjadi 40 persen dari 33 persen dalam lima tahun terakhir. Namun pangsa Rusia, pemasok terbesar kedua dunia, turun menjadi 16 persen dari 22 persen.

“Kemungkinan invasi ke Ukraina akan semakin membatasi ekspor senjata Rusia,” kata Siemon T Wezeman, peneliti senior Program Transfer Senjata SIPRI. “Ini karena Rusia akan memprioritaskan pasokan angkatan bersenjatanya dan permintaan dari negara lain rendah karena sanksi perdagangan terhadap Rusia dan meningkatnya tekanan dari AS dan sekutunya untuk tidak membeli senjata Rusia.”

Mesir misalnya yang merupakan salah satu pelanggan terbesar Rusia. Negara ini membatalkan pesanan besar pesawat tempur pada 2022, mungkin karena tekanan AS, kata SIPRI.

Ketika ekspor senjata Rusia menurun, Prancis, pemasok terbesar ketiga dunia, telah memperoleh bagian yang lebih besar dari perdagangan senjata global, menurut SIPRI. Pangsa Prancis meningkat dari 7,1 persen menjadi 11 persen pada periode antara 2018 dan 2022, karena ekspor ke negara-negara di Asia Pasifik dan Timur Tengah.

Tren tersebut tampaknya akan berlanjut karena pada akhir 2022, Prancis memiliki pesanan ekspor senjata yang jauh lebih banyak daripada Rusia, kata SIPRI. Mirip dengan Eropa, Asia Timur yaitu wilayah lain dengan ketegangan geopolitik yang tinggi, mengalami peningkatan tajam dalam impor senjata.

Peningkatan terbesar di kawasan ini dilakukan oleh sekutu AS, Korea Selatan dan Jepang masing-masing sebesar 61 persen dan 171 persen. Australia juga meningkatkan impornya sebesar 23 persen.

SIPRI menghubungkan peningkatan tersebut dengan persepsi ancaman yang berkembang dari China dan Korea Utara. Menurut SIPRI, pemasok utama untuk ketiga negara tersebut adalah AS. Korea Selatan, Jepang dan Australia memperoleh senjata jarak jauh, seperti pesawat tempur canggih dan rudal, kata SIPRI. Impor China juga mengalami peningkatan 4,1 persen, dengan sebagian besar transfer berasal dari Rusia.

Leave a Reply

Categories

Social menu is not set. You need to create menu and assign it to Social Menu on Menu Settings.