Thu. Nov 21st, 2024

Berita olahraga dan game online Trans7sport

Link altenatif Nagaliga : nagasuara.com ,trans7sport.com , Prediksinagaliga.com , nagaliga.xyz , nagaliga.me , nagaliga.info , nagaligasbo.com , nagaliga.best , nagaliga.club , nagaliga9.com , nagaligaqq.com , togelnagaliga.com

Pemicu Anak Tumbuh dengan Tabiat Kekerasan Menurut Psikolog

Psikolog dari Universitas Indonesia Rose Mini Agoes Salim menjelaskan beberapa faktor yang dapat memicu dan mendorong anak tumbuh dengan kekerasan. Psikolog anak yang akrab disapa Romi itu mengatakan orang tua yang melakukan kekerasan pada anak bisa saja membuat anak mencari tempat lain untuk mempraktikkan apa yang pernah diobservasi atau dilihat selama berada dalam lingkungan keluarga tersebut.

“Dan selain kekerasan dari keluarga atau yang dilakukan orang tua kepadaanak, ada juga hal-hal lain yang bisa membuatnya tumbuh menjadi anak yang menyelesaikan masalahnya dengan kekerasan,” kata Romi.

Ketika anak merasa kehadirannya tidak dianggap, baik di rumah atau di lingkungan, bisa saja ia mencari tempat lain untuk dapat menunjukkan kekuasaan, dominasi, atau kekerasan. Menurut Romi, hal tersebut juga bisa dipengaruhi oleh pergaulan. Anak yang mulanya tidak melakukan kekerasan tiba-tiba bisa melakukannya sebab mungkin saja dia menirukan apapun yang dilakukan oleh teman sebayanya (peers).

“Jadi, banyak sekali penyebabnya, makanya jangan sampai orang tua memulai untuk kemudian melakukan kekerasan pada anak di rumah,” ujar Romi.

Kurang diperhatikan
Ketika sudah sering melakukan kekerasan, perlu dilihat lebih jauh apakah anak memang merasa tidak nyaman di tempat yang lain sehingga memerlukan kelompok teman-temannya yang melakukan kekerasan tersebut. Apabila anak ingin menunjukkan eksistensi dengan melakukan kekerasan kepada orang, hal ini juga harus dilihat kembali apakah konsep diri yang dimiliki anak cukup baik. Contoh, anak merasa tidak berprestasi dan merasa tidak diterima di sekolah sehingga membutuhkan tempat lain untuk menunjukkan eksistensi.

“Kalau dia tidak berprestasi di sekolah, sebetulnya dia bisa saja berprestasi misalnya di olahraga, seni, dan sebagainya. Tapi hal itu tidak dia lihat dan orang-orang di sekitarnya, terutamaorang tua, tidak menunjukkan kelebihan anak itu sehingga apa yang dia dapat gambaran tentang dirinya mungkin sesuatu yang negatif-negatif terus,” paparnya.

Apabila hal itu terjadi terus-menerus maka harga diri anak cenderung menjadi negatif hingga tidak percaya diri. Sebaliknya, anak justru menjadi percaya diri jika bisa menunjukkan kemampuan untuk mendominasi orang lain.

“Untuk mengatasi ini maka kita harus bantu dari menunjukkan kepada dia bahwa anak ini punya potensi lain selain jadi orang yang suka berantem dan sebagainya,” tegasnya.

Leave a Reply

Categories

Social menu is not set. You need to create menu and assign it to Social Menu on Menu Settings.