Petempur Kroasia Ini Jalan Kaki 260 Km Sebelum Akhirnya Tertangkap Pasukan Rusia
MARIUPOL – Vjekoslav Prebek, warga Kroasia yang bertempur di jajaran militer Ukraina, akhirnya tertangkap setelah jalan kaki sejauh 260 kilometer.
Ia lolos dari kepungan tentara Rusia dai Mariupol, melarikan diri dari kota itu sebelum ia bertemu pasukan artileri udara Rusia yang menangkapnya.
Prebek bergabung ke pasukan Marinir Ukraina, yang berpangkalan di Mariupol. Sisa-sisa pasukan Marinir Ukraina kini terkepung di komplek pabrik baja Azovstal.
Dia mengaku ditawan tentara Rusia bersama beberapa petempur lainnya. Sebagian yang kabur itu warga negara asing. Ada dari Inggris dan beberapa dari negara Eropa timur.
“Kami meninggalkan Mariupol dan kami berjalan kaki sejauh 260 kilometer, bersembunyi, hanya berjalan pada malam hari, menghindari semua kontak yang mungkin terjadi,” katanya.
Wartawan televisi Russia Today, Roman Kosarev mewawancarai Prebek, di sebuah lokasi penahanan tawanan tentara Ukraina
Unit Prebek memiliki banyak orang asing di jajarannya, termasuk tiga warga negara Inggris. Beberapa orang asing lainnya kabur dari brigade tak lama setelah konflik pecah akhir Februari.
Petempur itu mengatakan dia bergabung ke jajaran militer Ukraina sejak 2020, berusaha mendapatkan kewarganegaraan negara itu setelah menjalani kontrak tiga tahun.
Saat itu, sepertinya ide yang bagus, karena garis depan di Donbass “tenang”. Dia mengatakan hampir tidak pernah melepaskan tembakan pada saat itu.
“Alasan saya ingin mencapai kewarganegaraan Ukraina adalah karena saya bertemu wanita yang saya cintai di sini,” aku Prebek.
“Dia memiliki ibu yang sakit dan dia tidak ingin meninggalkan Ukraina,” lanjut Prebek, tanpa menjelaskan bagaimana tepatnya dia berakhir di Ukraina.
Pernah Jadi Prajurit Infantri Militer Tentara Kroasia
Sebelumnya, Prebek bertugas di militer Kroasia selama lima tahun. Pria itu bersikeras dia tidak memiliki pengalaman tempur nyata dan hanya seorang “infanteri” di tentara negara asalnya.
“Saya seorang infanteri di angkatan bersenjata Kroasia selama lima tahun, itu saja,” klaimnya. “Saya belum pernah terlibat dalam konflik apapun sebelumnya,” imbuhnya.
Tawanan itu mengatakan dia memiliki sedikit pengalaman langsung dengan unit sayap kanan Ukraina, seperti resimen neo-Nazi Azov yang terkenal kejam.
Sementara unit tersebut berpartisipasi dalam pertempuran Mariupol bersama brigade Prebek, mereka hanya memiliki sedikit komunikasi dan komando yang sama sekali berbeda.
“Mereka memang berpartisipasi dalam pertahanan, tetapi kami mendapatkan garis perintah yang terpisah, benar-benar terpisah. Mereka bukan bagian dari angkatan bersenjata Ukraina,” katanya.
“Saya juga mendengar mereka (Azov sangat fasis dan Nazi. Saya juga mendengar tentang hal-hal buruk yang mereka lakukan terhadap warga, menangkap mereka bahkan mungkin menembaki kami pada suatu waktu,” bebernya.
“Saya mendengar ada banyak penjahat, pengguna narkoba (di antaranya). Saya sendiri tidak menyaksikan apa pun, tetapi saya telah diperlihatkan video yang mengerikan tentang apa yang mereka lakukan, kekejaman besar,” lanjut Prebek.
Prebek bersikeras dia tidak akan pernah mengangkat senjata lagi, mungkin bergabung dengan “beberapa badan amal” atau Palang Merah Internasional jika dia dibebaskan.
Ia mengakui, memperoleh kewarganegaraan Ukraina melalui wajib militer negara itu adalah keputusan salah.
“Saya percaya saya seharusnya mencari cara lain untuk mencapai kewarganegaraan Ukraina dan tidak bertugas di angkatan bersenjata,” akunya.
“Saya ingin bertahan, saya ingin hidup. Saya tidak ingin memegang senjata di tangan saya lagi dalam hidup saya,” kata Prebek.
“Saya ingin bersatu kembali dengan wanita yang saya temui di sini di Ukraina dan, mungkin, berbicara lebih banyak tentang kebenaran,” urainya.
Prebek menjelaskan ia diperlakukan baik setelah ditangkap. Menurut Prebek, dia dirawat di tahanan, diberi makan baik, dan diberikan bantuan medis yang diperlukan.
Nasib Prebek bagaimanapun, tetap tidak pasti, mengingat kewarganegaraan asingnya.
Di Republik Rakyat Donetsk (DPR) orang asing secara luas dianggap sebagai tentara bayaran, dan menjadi tentara bayaran mungkin akan mendapatkan hukuman berat bagi seorang pejuang, hingga hukuman mati.
Pria itu bersikeras dia adalah petempur sah dan anggota militer Ukraina.
“Mereka menganggap saya POW tetapi mereka masih (mengatakan) saya seorang tentara bayaran, saya bukan anggota resmi angkatan bersenjata Ukraina,” kata Prebek.
Di bawah hukum internasional, sukarelawan asing yang bergabung – atas dasar pribadi dan atas inisiatif mereka sendiri – angkatan bersenjata salah satu pihak dalam konflik bersenjata dianggap sebagai kombatan.