Ukraina Sudah Gunakan Meriam Canggih AS, Sekali Tembak Biayanya 100 Ribu Dolar AS
KIEV – Sejumlah howitzer tarik M777 kaliber 155 mm yang dipasok AS telah tiba di Ukraina dan mulai digunakan tentara Kiev.
Sebuah rekaman video pendek beredar Kamis (5/5/2022), memperlihatkan sekelompok tentara Ukraina menembakkan meriam besar itu. Informasi ini diunggap laman Southfront.org.
Tidak disebutkan detil lokasinya, tapi diperkirakan di wilayah Donbass. AS dan Jerman secara terbuka mengakui melatih sejumlah tentara Ukraina menggunakan howitzer ini di Bavaria.
Howitzer M777 memiliki kecepatan tembakan maksimum tujuh peluru per menit dengan jangkauan hingga 40 kilometer.
Pelurunya menggunakan system pemandu Excalibur. Versi upgrade howitzer ini dilengkapi GPS, navigasi inersia, radio, GDB (Gun Display Unit) dan SCA (Section Chief Assembly).
Pasukan Kiev akan menerima total 100 howitzer M77. Sebanyak 90 di antaranya disumbangkan AS, empat Kanada dan enam kiriman Australia.
AS, Kanada dan Australia juga akan memasok pasukan Kiev dengan puluhan ribu peluru 155 mm, termasuk peluru Excalibur yang dipandu GPS yang memiliki CEP (kemungkinan bias tembakan kurang dari 4 meter).
Tentara Ukraina dilatih menggunakan howitzer M777 di Jerman, karena takut akan serangan Rusia jika digelar di pusat pelatihan militer di Ukraina.
Militer Rusia telah menghancurkan banyak pengiriman senjata barat ke pasukan Kiev sejak awal operasi khusus di Ukraina.
Pasukan Kiev akan menerima lusinan sistem artileri lain dari barat dalam beberapa hari mendatang, termasuk 12 howitzer self-propelled CAESAR 155 mm dari Prancis dan mungkin 24 howitzer self-propelled Panzerhaubitze 2000 155 mm dari Belanda dan Jerman.
Barat sedang mencoba untuk membangun kembali kemampuan ofensif pasukan Kiev, kemungkinan mempersiapkan mereka melakukan serangan balik terhadap Rusia dan angkatan bersenjata Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk.
Senjata Artileri Sangat Mahal
Meningkatnya intensitas pasokan senjata berat ke Ukraina dari barat menurut ahli senjata Prancis, bisa mempertinggi risiko keterlibatan langsung negara pengirim.
Hal ini disampaikan Xavier Moreau, pakar senjata dan analis geopolitik dari lembaga think tank Prancis, Stratpol.
Pada akhir April, Dewan Perwakilan Rakyat AS mengesahkan undang-undang yang melonggarkan persyaratan untuk terlibat dalam kesepakatan pinjaman-sewa untuk peralatan pertahanan dengan Ukraina dan negara-negara Eropa Timur lainnya.
UU itu membuka jalan bagi lebih banyak senjata AS untuk mengalir ke wilayah tersebut di tengah operasi militer khusus Rusia. Senat dengan suara bulat meloloskan RUU itu awal bulan itu.
“Jelas, ketika barat mempersenjatai Ukraina dengan senjata ofensif yang canggih dan melatih operator Ukraina di Inggris Raya, Prancis, Jerman atau Polandia, kami secara berbahaya mendekati keterlibatan langsung pasukan NATO dalam konflik tersebut,” kata Moreau.
Ia menambahkan Ukraina adalah negara miskin, negara yang mendapatkan banyak utang berkat perjanjian pinjam-sewa dengan NATO.
Pakar tersebut menyatakan barat telah beralih dari memasok apa yang disebut senjata pertahanan menjadi senjata yang jelas dirancang untuk menyerang.
Bahkan negara paling pasifis di Eropa, Jerman, sekarang mengirimkan sistem pertahanan udara Gepard dan howitzer self-propelled PzH 2000. .
“Prancis mengirimkan meriam Caesar 155 mm baru mereka dan Amerika mengirim howitzer berbobot 60 ton M777. Senjata AS ini sangat mahal, dan amunisinya juga sangat mahal,” kata Xavier.
“Peluru peluru jarak jauh 70 km (44 mil) dari M777 berharga 100.000 US$ per tembakan! Selain itu, tembakan ini harus dipandu drone dan tentara Ukraina kehilangan drone yang jatuh seperti lalat,” lanjut Moreau.
Jika dirupiahkan kurs Rp 14.000 per 1 dolar AS, maka perkiraan total biaya sekali penembakan mencapai Rp 1,4 miliar.
Ia mencatat agar sistem senjata benar-benar efektif, mereka harus dioperasikan tentara NATO, tetapi ini seperti memutar situasi ke arah perang nuklir.
Dia menekankan Rusia telah memperingatkan NATO berkali-kali tentang bahaya eskalasi dan perang bersama, memperingatkan bahwa “kita memasuki zona bahaya.”
“Ada perbedaan besar antara AS dan Inggris Raya yang ingin menghancurkan ekonomi dan kekuatan Rusia di satu sisi, dan Eropa di sisi lain, yang tidak tertarik pada tujuan ekstrem seperti itu,” katanya.
“Eropa pada akhirnya harus membangun kembali hubungan dengan tetangga Rusia mereka daripada terus meningkatkan konflik,” jelas Moreau.
Menurut pakar ini, memperpanjang permusuhan di Ukraina tidak masuk akal karena secara dramatis memiskinkan negara di masa depan.
Ia berpikir barat telah meremehkan bobot ekonomi Rusia di dunia dan Eropa jauh lebih menderita daripada Rusia dari sanksi yang mereka berikan ke Moskow.
“Seolah-olah AS dan NATO ingin berjuang sampai titik darah penghabisan Ukraina. Tetapi senjata berat yang dikirim oleh anggota NATO tidak akan membantu mengakhiri operasi militer,” kata Xavier mengingatkan.
“Itu hanya akan mencapai sebagian besar teater operasi di timur dan selatan. Ukraina dan hanya bisa memperpanjang penderitaan,” pungkas Moreau.