Kewalahan Hadapi COVID-19, Hong Kong Sedang Pertimbangkan Lockdown
Jakarta -Hong Kong sedang mempertimbangkan pemberlakuan lockdown atau penguncian wilayah setelah kewalahan menghadapi lonjakan kasus COVID-19 akibat varian Omciron yang mudah menular.
Seperti dilansir France24 Senin 28 Februari 2022, Menteri Kesehatan Hong Kong Sophia Chan menegaskan pilihan lockdown dipertimbangkan.
“Dari perspektif kesehatan masyarakat, untuk menghasilkan efek terbaik dari tes universal wajib, kita perlu mengurangi pergerakan orang sampai batas tertentu,” kata Chan dalam sebuah wawancara radio pada hari ini.
“Untuk mengurangi pergerakan, warga harus tetap di rumah atau sebisa mungkin menghindari jalan-jalan.”
Dua tahun kebijakan nol-Covid Hong Kong yang ketat menahan sebagian besar virus corona. Namun, setelah membuka diri, wilayah itu justru menghadapi lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Omicron yang sangat menular.
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam sebelumnya mengesampingkan penguncian seluruh kota. Ia malah memerintahkan seluruh 7,4 juta penduduk untuk diuji pada Maret.
Kondisi di Hong Kong digambarkan cukup memprihatinkan dengan krematorium yang penuh oleh jenazah pasien COVID-19. Tony Ling, kepala Asosiasi Dokter Umum Hong Kong mengatakan lusinan mayat menunggu di rumah sakit dan ruang gawat darurat di seluruh kota untuk diangkut ke kamar mayat.
“Saat ini, kami menghadapi masalah transportasi mayat dari rumah sakit ke kamar mayat umum,” kata kepala manajer Otoritas Rumah Sakit Lau Ka-hin kepada wartawan. “Makanya ada beberapa jenazah yang awalnya direncanakan dibawa ke kamar jenazah umum, tapi tetap di rumah sakit.”
Ada lebih dari 600 kematian terkait virus corona di Hong Kong sejak dimulainya pandemi pada tahun 2020, lebih sedikit daripada di kota-kota besar lainnya yang serupa.
Namun, jumlahnya meningkat setiap hari dengan rekor 83 kematian pada hari Minggu. Sekitar 300 kematian telah dicatat dalam seminggu terakhir, dengan mayoritas penduduk yang tidak divaksinasi.
Hong Kong memiliki sebagian besar lansia yang tidak divaksinasi meskipun vaksinasi baru-baru ini meningkat. Banyak yang ragu untuk disuntik karena takut efek samping dan berpuas diri karena keberhasilan kota dalam mengendalikan virus pada tahun 2021.
Para ahli medis mengatakan kota berpenduduk 7,4 juta itu dapat melihat kematian kumulatif akibat virus yang berpotensi meningkat menjadi sekitar 3.206 orang pada pertengahan Mei.
Lonjakan kasus COVID-19 di Hong Kong pun membuat Cina turun tangan dengan mengirim pakar sekaligus pemimpin Satgas COVID-19-nya, Liang Wannian, untuk mengendalikan situasi.
Liang Wannian diketahui turut berpartisipasi dalam penanganan di Wuhan saat COVID-19 pertama kali mewabah. Ia rencananya akan datang ke Hong Kong diikuti 9.000 personil medis lainnya dari Cina untuk membantu upaya pelacakan kasus.