Jakarta – Sejumlah pucuk pimpinan kelompok radikal Taliban pada Sabtu, 18 Desember 2021 mengajukan permohonan bantuan internasional untuk menolong Afghanistan dari krisis ekonomi yang semakin memburuk. Krisis ekonomi yang tidak segera ditangani, dikhawatirkan bisa memicu eksodus pengungsi dari Afghanistan.
Permohonan itu disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Afghanistan Mohammad Abbas Stanikzai dengan menyebut ada negara-negara yang harus bertanggung jawab seperti Amerika Serikat karena telah membekukan miliaran dollar uang cadangan bank sentral Afghanistan. Uang tersebut bisa digunakan Afghanistan untuk pemulihan setelah berpuluh tahun di kecamuk perang.
“Dampak pembekuan uang cadangan bank sentra Afghanistan dirasakan oleh warga, bukan otoritas Taliban,” kata Stanikzai dalam sebuah konfererensi pers, yang dihadiri oleh delegasi International Organization for Migration (IOM) dan UNHCR.
PBB memperkirakan jutaan warga Afghanistan terancam kelaparan sepanjang musim dingin ini tanpa bantuan. Dunia internasional enggan mengucurkan bantuan karena tak mau berhubungan langsung dengan Taliban menyusul waswas pelanggaran hak-hak perempuan dan inklusi politik.
Penarikan bantuan asing menyusul kemenangan Taliban merebut Afghanistan, telah membuat ekonomi negara itu yang rapuh, terperosok dalam kelumpuhan. Jutaan warga Afghanistan tak punya pekerjaan dan sistem perbankan sebagian tidak berfungsi.
“Jika situasi politik dan ekonomi tidak berubah, maka akan ada lebih banyak migrasi,” kata Stanikzai.
Amerika Serikat sudah menerbitkan aturan yang memungkinkan dana pribadi warga Afghanistan, dikucurkan. Namun, Amerika Serikat menolak melepaskan uang cadangan bank sentral Afghanistan sebesar USD 9 miliar (Rp 129 triliun) atau mencabut sanksi-sanksi pada sejumlah pucuk pimpinan Taliban.