Pertama Kali, Menlu China Wang Yi Bertemu Pemimpin Taliban Afghanistan di Qatar
DOHA – Taliban sebelumnya berjanji kepada China untuk berhenti mendukung kelompok Uighur dengan imbalan investasi dan bantuan asing. Saat ini Afghanistan sangat membutuhkan bantuan untuk keluar dari krisis.
Penasihat Negara dan Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi bertemu para pemimpin Taliban di Doha, Qatar, untuk pembicaraan tingkat tinggi pertama sejak Taliban menggulingkan pemerintah Afghanistan yang didukung Amerika Serikat (AS) pada Agustus. Taliban telah mendeklarasikan Imarah Islam Afghanistan sebagai pemerintahan baru.
Kunjungan Menlu China berlangsung Senin (25/10/2021) dan Selasa (26/10/2021). “Pertemuan itu fokus pada sejumlah “perubahan mendasar” yang telah terjadi di Afghanistan sejak Wang terakhir bertemu para pemimpin Taliban pada Juli di Tianjin,” papar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin.
“Rakyat Afghanistan juga menghadapi banyak kesulitan dan tantangan, di mana ada kebutuhan mendesak akan dukungan eksternal,” ujar Wang.
Dia menambahkan, “Sebagai tetangga dan mitra kerja sama Afghanistan yang bersahabat secara tradisional, China selalu menyerukan dialog dan keterlibatan untuk memandu situasi Afghanistan menuju perkembangan positif dan membantu orang-orang mengatasi kesulitan.”
Laporan baru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang krisis di Afghanistan menyoroti bahaya paling mendesak. Bahaya itu mencakup “tingkat kelaparan akut yang mencapai rekor” yang dihadapi lebih dari setengah populasi.
Laporan Pangan Terpadu, yang diterbitkan pada Senin oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Program Pangan Dunia (WFP), menemukan 22,8 juta warga Afghanistan, hampir setengah dari 39 juta orang di negara itu telah melihat kehidupan, mata pencaharian, dan akses mereka ke makanan “sangat terpengaruh” guncangan gabungan krisis.
Afghanistan mengalami kekeringan, perang, COVID-19, dan krisis ekonomi yang disebabkan berakhirnya bantuan dari AS dan banyak kelompok internasional lainnya.
Jumlah warga yang terkena dampak tersebut termasuk 3,2 juta anak di bawah usia 5 tahun.
“Afghanistan sekarang berada di antara krisis kemanusiaan terburuk di dunia, jika bukan yang terburuk, dan ketahanan pangan telah runtuh,” ungkap Direktur Eksekutif WFP David Beasley dalam rilis berita.
Dia menjelaskan, “Musim dingin ini, jutaan warga Afghanistan akan dipaksa memilih antara migrasi dan kelaparan kecuali kita dapat meningkatkan bantuan penyelamatan jiwa kita, dan kecuali ekonomi dapat dihidupkan kembali.”
Menurut data Bank Dunia, bantuan asing mencakup 43% dari produk domestik bruto (PDB) Afghanistan tahun lalu, atau USD8,5 miliar.
Mengisi kesenjangan itu sangat sulit meski PBB telah menjanjikan sumbangan USD1,1 miliar dan Uni Eropa menambah USD1,15 miliar.