Kontak Jenderal China Dicap Berkhianat, Ini Dalih Panglima Militer AS
WASHINGTON – Jenderal Mark Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan atau Panglima Militer Amerika Serikat (AS), mengakui telah melakukan kontak telepon dua kali dengan petinggi militer China pada Oktober 2020 dan Januari 2021. Tindakannya dianggap mantan presiden Donald Trump sebagai pengkhianatan.
Kontak para jenderal dari dua negara yang sedang berseteru ini terungkap dalam buku berjudul “Peril” yang akan diterbitkan dalam beberapa hari ke depan.
Buku yang ditulis oleh jurnalis Washington Post; Bob Woodward dan Robert Costa, itu mengeklaim Jenderal Milley dua kali menghubungi Jenderal Li Zuocheng—Kepala Departemen Staf Gabungan Komisi Militer Pusat China. Kontak itu untuk meyakinkan Beijing bahwa Presiden Donald Trump yang berkuasa saat itu tidak akan memerintahkan serangan terhadap China.
Mantan presiden Trump menepis klaim dalam buku itu bahwa dirinya saat itu akan meluncurkan perang terhadap China. Sebaliknya, dia berargumen Jenderal Milley akan diadili atas pengkhianatan jika kontak itu benar-benar terjadi.
Milley berdalih kontak yang dia lakukan memang menjadi tugasnya dan tidak ada yang salah. “Pembicaraan ini tetap penting untuk meningkatkan saling pengertian tentang kepentingan keamanan nasional AS, mengurangi ketegangan, memberikan kejelasan dan menghindari konsekuensi atau konflik yang tidak diinginkan,” demikian dalih pembelaan diri Jenderal Milley yang disampaikan juru bicaranya, Dave Butler.
“Panggilannya dengan China dan lainnya pada bulan Oktober dan Januari sesuai dengan tugas dan tanggung jawab ini untuk memberikan jaminan untuk menjaga stabilitas strategis,” ujar Butler, seperti dikutip Sputniknews, Kamis (16/9/2021).
Menurut pernyataan Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan AS secara teratur berkomunikasi dengan kepala pertahanan di seluruh dunia, termasuk dengan Rusia dan China.
Dalam pernyataan terpisah, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan bahwa Presiden AS Joe Biden memiliki kepercayaan penuh pada Milley. “Terutama pada kepemimpinan sang jenderal, patriotismenya, dan kesetiaannya pada konstitusi kita,” kata Psaki.