Barat Tuding Taliban Rekrut Mata-mata Siber China untuk Intai Warga Afghanistan
KABUL – Taliban dituduh telah merekrut mata-mata siber China untuk membantu mereka mengintai warga sipil Afghanistan . Tujuannya adalah untuk mencegah pemberontakan melawan kekuasaan tangan besi mereka.
Tuduhan itu dilontarkan sumber-sumber intelijen Barat. Menurut mereka, Beijing telah mengirim pakar komunikasi terbaiknya ke Kabul untuk menunjukkan kepada Taliban cara menyadap panggilan telepon, memantau penggunaan internet dan akun media sosial.
Cara itu, kata para sumber tersebut, sudah digunakan di Timur Tengah selama fenomena pemberontakan di berbagai negara Arab yang dikenal sebagai “Arab Spring”.
Seorang sumber intelijen AS mengatakan: “China telah merayu Taliban, mempersiapkan hari ini selama bertahun-tahun.”
“Ini telah lama mengendalikan komunikasi warga dan menjadi mahir dalam memantau telepon, internet, semua bentuk komunikasi,” katanya, seperti dikutip The Mirror, Selasa (14/9/2021).
“Ini kemungkinan akan memberi kekuatan dan kendali besar kepada Taliban atas seluruh negeri karena media sosial bisa menjadi pendukung bagi mereka yang ingin memberontak. Ini juga memberi orang-orang yang mereka buru, seperti mantan pejabat dan personelkeamanan, sedikit pilihan dalam cara mereka berkomunikasi dengan jaringan lain,” imbuh sumber tersebut.
Para pemimpin Taliban khawatir kelompok-kelompok seperti Front Perlawanan Nasional Afghanistan dan aktivis hak-hak perempuan akan mendapatkan dukungan massa dan mereka telah melarang protes. Pekan lalu, dua wartawan dipukuli oleh Taliban karena melaporkan demo.Sumber itu mengatakan kepada The Mirror: “Taliban dapat mengerahkan kekuatan besar atas penduduknya jika China memasang sistem pengawasan seperti yang ada di negaranya sendiri.”
“Ini memiliki implikasi yang mengerikan bagi hak asasi manusia di Afghanistan, menciptakan suasana yang terus-menerus diawasi dan dipantau,” ujarnya.
“Tidak seperti demokrasi Barat, tidak mungkin kontak Taliban di Beijing akan memiliki keraguan tentang hak asasi manusia.”
Baik China maupun Taliban belum berkomentar atas laporan ini. Namun, China menjadi negara pertama yang didekati Taliban untuk berinvestasi di Afghanistan setelah pemerintah yang didukung Barat runtuh pada Agustus lalu.